Peluang usaha sepatu jenis sneakers lokal mampu menjanjikan kesuksesan yang luar biasa. Belum lama sebuah merk sepatu Forever Young Crew (FYC) Footwear mengadakan kegiatan di acara hari skateboard dunia yang jatuh tiap tanggal 21 Juni. Cukup banyak peserta yang menghadirinya. Begitu ramai kegiatan tersebut sampai panitia merasa kewalahan. Bisnis sepatu tersebut dirintis sejak tahun 2003 oleh seseorang sukses yang bernama Noor Al Kautsar. Pria tersebut merupakan lulusan Fakultas Komunikasi Unpad Bandung. Proses kesuksesan dalam usahanya memang tidak singkat. Dahulu, sebelum membuat sepatu, dia pernah menjalankan usaha clothing baju pada tahun 2012 silam. Ia beranggapan bahwa usaha clothing baju sangat cerah prospeknya pada masa itu. Namun, usaha tersebut tidak berlangsung lama. Sebaliknya, usaha tersebut malah hanya berlangsung singkat. Rugi terus katanya. "Uangnya dibawa lari orang", katanya. Tidak hanya itu, usaha pakaian atau clothing-nya itu juga mengalami musibah dengan dibobol maling. Bak sudah jatuh ditimpa tangga. Namun, semuanya tetap ia terima dengan sabar dan tabah. Seraya ia berusaha untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Dirinya tetap yakin bahwa suatu saat nanti ia akan meraih kesuksesan dalam bisnisnya.
Sebagaimana seseorang yang memiliki jati diri pengusaha, ia tidak pantang menyerah. Meski telah mengalami jatuh dari bisnisnya ia akan tetap berusaha memulai suatu bisnis. Kerugian di awal memulai bisnisnya memang menyisakan kesedihan. Ia sudah kehabisan modal. Tetapi ia tidak berputus asa. Ia mulai menghimpun semangat yang ada. Sesudah itu ia, mencari modal dari nol besar. Ia kumpulkan modal dari menjual barang-barang miliknya seperti baju, ponsel, jaket di media sosial. "Modal awal dapat tujuh juta rupiah, Alhamdulillah semoga berkah", kata Noor di toko FYC Footwear di kawasan Cilandak , Jakarta Selatan. Selanjutnya, ia kemudian melakukan shalat istikharah. Ia memohon petunjuk kepada Allah subhanahu wa ta'ala sebelum mulai berbisnis. Ia ingin benar-benar mendapat kemudahan dalam membangun usaha barunya. Sesudah melakukan shalat istikharah itu maka diputuskanlah untuk berwirausaha membuat sepatu.
Langkah pertama yang dilakukannya ialah dengan menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan usaha membuat sepatu. Di awal usaha ia dan temannya terlebih dahulu mencari pembuat sepatu rumahan di Cibaduyut, Bandung. Saat itu, ia hanya mencoba beberapa pasang saja dan dipasarkan melalui media online. Ternyata tidak butuh lama, sepatu yang dibuat banyak yang pesan. Konsekuensinya ia butuh modal yang lebih banyak. Sesudah bermunajat dan berusaha, ada sebuah Baitul Maal wa tanwil (BMT) di Bandung yang tertarik dengan usaha sepatu miliknya. Setelah beberapa kali bertemu dan presentasi, BMT tersebut memberi modal 20 juta. Cukup lumayan besar uang tersebut untuk menjadi modal baginya. Sistem usahanya dengan metode bagi hasil. Seiring perjalanan waktu, omzetnya pun bertambah dan terus bertambah. Noor memutuskan untuk melakukan produksi yang lebih besar. Tetapi, pembuat sepatu rumahan di Cibaduyut tidak mampu memproduksi lagi karena terlalu banyak. Mereka merasa kewalahan untuk melakukan hal itu.
Akhirnya, pria yang berusia 38 tahun ini mencari cara lain. Saat itu ia membuat sebuah proposal. Kemudian ia mengajukan ke sebuah pabrik sepatu. "Alhamdulillah diterima" ucapnya. Setelah melunasi tanggungan di BMT, Allah kembali memberikan jalan untuk melanjutkan usahanya. Dia dipertemukan dengan seorang pengusaha yang tertarik untuk berinvestasi dengan uangnya. Sangatlah bersyukur ia pada waktu itu. Pertolongan Allah akhirnya ia terima. Kebetulan Noor tidak kenal dengan orang itu. Sederhana saja alasan dari investor tersebut. Orang tersebut tertarik untuk menjadi investor karena Noor menjalankan bisnis yang dirintisnya sesuai syar'i dan tidak melanggar aturan agamanya. Inilah faktor utama munculnya seorang investor yang berkenan bekerjasama dengannya.
Pada tahun 2014, penjualan sepatu sempat tembus ke Malaysia. Ia mampu melakukan ekspor ke negara tetangga tersebut. Namun, karena banyak faktor ternyata penjualan sepatu yang sampai di Malaysia itu tidak berjalan lama. Sementara di Indonesia, penjualan selain di Jabodetabek juga menyebar sampai ke berbagai pulau, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat. Mengenai jumlah omzetnya, Noor mengatakan amat berfluktuatif. Jika ada pameran maka nilai omzetnya bisa naik mencapai ratusan juta rupiah. Tetap saja kondisi fluktuatif ini disyukurinya. Semangat untuk menjalankan usaha sepatu itu tetap menyala kuat. Dalam menjalan peluang usaha sepatu ini, ada beberapa tips yang penting untuk diperhatikan bagi para wirausahawan. Diantaranya adalah perlunya melakukan promosi yang intens. Promosi menjadi sarana yang paling bagus untuk meningkatkan penjualan produk sepatunya.
Mengenai pertanyaan mengapa FYC Footwear berlogo pisang ? Kata Noor, iseng saja karena terlihat sederhana. Namun menurutnya, ia baru tahu setelah membaca Al Quran bahwa pisang adalah salah satu buah yang ada di surga. Ada di surat al Waqiah ayat 29, artinya dan pohon pisang yang bersusun susun buahnya. Sedangkan FYC Footwear jika diartikan dengan berbahasa Indonesia adalah kelompok orang yang selamanya muda, dan ini juga terdapat di dalam Al Quran. "Filosofinya penghuni surga selamanya muda". Dengan filosofi yang baik, Noor berharap bisnis ini akan berdampak baik dan positif bagi masyarakat.
Agar usahanya berkah dan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pemberi Rezeki, maka sebagian dari keuntungan usahanya ini juga dikeluarkan untuk zakat, sedekah, dan infak. FYC sudah bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan dan sosial. Setiap harga sepatu disisihkan beberapa persen untuk infak. Tak hanya itu saja, beberapa persen dari omzet juga diinfakkan untuk membantu pembangunan masjid. Jadi katanya, selain membeli sepatu maka para pembeli pun juga turut beramal. Jadi selain mendapat sepatu sesuai pilihan para pembeli pun mendapatkan ganjaran kebaikan.
Agar karyawannya terpenuhi sisi ruhiyahnya, maka diadakan pengajian, diantaranya belajar tahsin tiap pekan sekali. Bagi Noor, berbisnis ini tidak lain sebagai jalan untuk menempuh kebahagiaan di akhirat kelak. "Kalau niat untuk akhirat insya Allah masalah omzet tinggal mengikuti saja". katanya. Menurutnya, ketika melakukan bisnis secara syari maka akan merasakan setiap ada kesulitan selalu ada saja jalan keluarnya. Hatinya pun akan merasa lebih tenang dan tentram. Keluarga juga tidak mengalami permasalahan. Bisnis yang dijalankannya benar-benar bisa membawa kebahagiaan dan kesejahteraan ekonomi.
Prospek dari peluang usaha sepatu ini amat bagus. Pangsa pasarnya tidak sempit alias luas. Untuk dijadikan bisnis jangka panjang sangatlah cocok untuk para usahawan muda. Salah satu tipsnya, terus melakukan inovasi dan kreatifitas menjadi sebuah keharusan. Dalam perjalanan zaman , selalu saja diperlukan perubahan-perubahan agar terus produknya menjadi lebih menarik dan elegan. Penggemar sepatu pun tidak akan beralih ke merk lain. Setiap ada produk terbaru, tentu saja dengan nama yang baru juga, perlu dilakukan pengenalan kepada seluruh khalayak. Promosi kepada para calon pembeli potensial penting sekali. Harga pun juga dibuat hingga paling bersahabat. Murah dan berkualitas adalah semboyan para penjual sepatu yang telah dipegang sedari dahulu kala. Dengan dua hal itu maka dagangannya akan laris manis. Pembeli akan melakukan promosi secara tidak langsung. Keuntungan pun tidak terbendung besarnya. Baiklah, semoga artikel ini bermanfaat. Kisah pengusaha sepatu di atas, diambil dari majalah hidayatullah. Sukses untuk seluruh pembaca. Barangkali para pembaca sekalian ada yang berminat untuk segera mencoba peluang usaha yang maknyuss ini.
Sebagaimana seseorang yang memiliki jati diri pengusaha, ia tidak pantang menyerah. Meski telah mengalami jatuh dari bisnisnya ia akan tetap berusaha memulai suatu bisnis. Kerugian di awal memulai bisnisnya memang menyisakan kesedihan. Ia sudah kehabisan modal. Tetapi ia tidak berputus asa. Ia mulai menghimpun semangat yang ada. Sesudah itu ia, mencari modal dari nol besar. Ia kumpulkan modal dari menjual barang-barang miliknya seperti baju, ponsel, jaket di media sosial. "Modal awal dapat tujuh juta rupiah, Alhamdulillah semoga berkah", kata Noor di toko FYC Footwear di kawasan Cilandak , Jakarta Selatan. Selanjutnya, ia kemudian melakukan shalat istikharah. Ia memohon petunjuk kepada Allah subhanahu wa ta'ala sebelum mulai berbisnis. Ia ingin benar-benar mendapat kemudahan dalam membangun usaha barunya. Sesudah melakukan shalat istikharah itu maka diputuskanlah untuk berwirausaha membuat sepatu.
Langkah pertama yang dilakukannya ialah dengan menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan usaha membuat sepatu. Di awal usaha ia dan temannya terlebih dahulu mencari pembuat sepatu rumahan di Cibaduyut, Bandung. Saat itu, ia hanya mencoba beberapa pasang saja dan dipasarkan melalui media online. Ternyata tidak butuh lama, sepatu yang dibuat banyak yang pesan. Konsekuensinya ia butuh modal yang lebih banyak. Sesudah bermunajat dan berusaha, ada sebuah Baitul Maal wa tanwil (BMT) di Bandung yang tertarik dengan usaha sepatu miliknya. Setelah beberapa kali bertemu dan presentasi, BMT tersebut memberi modal 20 juta. Cukup lumayan besar uang tersebut untuk menjadi modal baginya. Sistem usahanya dengan metode bagi hasil. Seiring perjalanan waktu, omzetnya pun bertambah dan terus bertambah. Noor memutuskan untuk melakukan produksi yang lebih besar. Tetapi, pembuat sepatu rumahan di Cibaduyut tidak mampu memproduksi lagi karena terlalu banyak. Mereka merasa kewalahan untuk melakukan hal itu.
Akhirnya, pria yang berusia 38 tahun ini mencari cara lain. Saat itu ia membuat sebuah proposal. Kemudian ia mengajukan ke sebuah pabrik sepatu. "Alhamdulillah diterima" ucapnya. Setelah melunasi tanggungan di BMT, Allah kembali memberikan jalan untuk melanjutkan usahanya. Dia dipertemukan dengan seorang pengusaha yang tertarik untuk berinvestasi dengan uangnya. Sangatlah bersyukur ia pada waktu itu. Pertolongan Allah akhirnya ia terima. Kebetulan Noor tidak kenal dengan orang itu. Sederhana saja alasan dari investor tersebut. Orang tersebut tertarik untuk menjadi investor karena Noor menjalankan bisnis yang dirintisnya sesuai syar'i dan tidak melanggar aturan agamanya. Inilah faktor utama munculnya seorang investor yang berkenan bekerjasama dengannya.
Pada tahun 2014, penjualan sepatu sempat tembus ke Malaysia. Ia mampu melakukan ekspor ke negara tetangga tersebut. Namun, karena banyak faktor ternyata penjualan sepatu yang sampai di Malaysia itu tidak berjalan lama. Sementara di Indonesia, penjualan selain di Jabodetabek juga menyebar sampai ke berbagai pulau, seperti Jawa, Kalimantan, Sumatra, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat. Mengenai jumlah omzetnya, Noor mengatakan amat berfluktuatif. Jika ada pameran maka nilai omzetnya bisa naik mencapai ratusan juta rupiah. Tetap saja kondisi fluktuatif ini disyukurinya. Semangat untuk menjalankan usaha sepatu itu tetap menyala kuat. Dalam menjalan peluang usaha sepatu ini, ada beberapa tips yang penting untuk diperhatikan bagi para wirausahawan. Diantaranya adalah perlunya melakukan promosi yang intens. Promosi menjadi sarana yang paling bagus untuk meningkatkan penjualan produk sepatunya.
Mengenai pertanyaan mengapa FYC Footwear berlogo pisang ? Kata Noor, iseng saja karena terlihat sederhana. Namun menurutnya, ia baru tahu setelah membaca Al Quran bahwa pisang adalah salah satu buah yang ada di surga. Ada di surat al Waqiah ayat 29, artinya dan pohon pisang yang bersusun susun buahnya. Sedangkan FYC Footwear jika diartikan dengan berbahasa Indonesia adalah kelompok orang yang selamanya muda, dan ini juga terdapat di dalam Al Quran. "Filosofinya penghuni surga selamanya muda". Dengan filosofi yang baik, Noor berharap bisnis ini akan berdampak baik dan positif bagi masyarakat.
Agar usahanya berkah dan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pemberi Rezeki, maka sebagian dari keuntungan usahanya ini juga dikeluarkan untuk zakat, sedekah, dan infak. FYC sudah bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan dan sosial. Setiap harga sepatu disisihkan beberapa persen untuk infak. Tak hanya itu saja, beberapa persen dari omzet juga diinfakkan untuk membantu pembangunan masjid. Jadi katanya, selain membeli sepatu maka para pembeli pun juga turut beramal. Jadi selain mendapat sepatu sesuai pilihan para pembeli pun mendapatkan ganjaran kebaikan.
Agar karyawannya terpenuhi sisi ruhiyahnya, maka diadakan pengajian, diantaranya belajar tahsin tiap pekan sekali. Bagi Noor, berbisnis ini tidak lain sebagai jalan untuk menempuh kebahagiaan di akhirat kelak. "Kalau niat untuk akhirat insya Allah masalah omzet tinggal mengikuti saja". katanya. Menurutnya, ketika melakukan bisnis secara syari maka akan merasakan setiap ada kesulitan selalu ada saja jalan keluarnya. Hatinya pun akan merasa lebih tenang dan tentram. Keluarga juga tidak mengalami permasalahan. Bisnis yang dijalankannya benar-benar bisa membawa kebahagiaan dan kesejahteraan ekonomi.
Prospek dari peluang usaha sepatu ini amat bagus. Pangsa pasarnya tidak sempit alias luas. Untuk dijadikan bisnis jangka panjang sangatlah cocok untuk para usahawan muda. Salah satu tipsnya, terus melakukan inovasi dan kreatifitas menjadi sebuah keharusan. Dalam perjalanan zaman , selalu saja diperlukan perubahan-perubahan agar terus produknya menjadi lebih menarik dan elegan. Penggemar sepatu pun tidak akan beralih ke merk lain. Setiap ada produk terbaru, tentu saja dengan nama yang baru juga, perlu dilakukan pengenalan kepada seluruh khalayak. Promosi kepada para calon pembeli potensial penting sekali. Harga pun juga dibuat hingga paling bersahabat. Murah dan berkualitas adalah semboyan para penjual sepatu yang telah dipegang sedari dahulu kala. Dengan dua hal itu maka dagangannya akan laris manis. Pembeli akan melakukan promosi secara tidak langsung. Keuntungan pun tidak terbendung besarnya. Baiklah, semoga artikel ini bermanfaat. Kisah pengusaha sepatu di atas, diambil dari majalah hidayatullah. Sukses untuk seluruh pembaca. Barangkali para pembaca sekalian ada yang berminat untuk segera mencoba peluang usaha yang maknyuss ini.